Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool
Protected by Copyscape Online Infringement Checker

Google Custom Search

Blog Archive

Monday, June 9, 2014

VISUAL CULTURE DALAM IKLAN ROKOK MASA KINI (Tugas/UAS Kritik Seni Rupa 2)

                 Perkembangan budaya visual yang telah kita rasakan saat ini cukup kontras dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu. Dengan menggunakan pendekatan fenomena pop-culture, beberapa karya yang dihasilkan tidak menekankan langsung kepada pesan (tembak langsung) namun lebih menekankan hal-hal yang masih berhubungan dengan ide/gagasan utama dan bersifat efektif.
Dalam hal ini dapat diambil contoh iklan rokok yang dahulu dengan secara gamblang menegaskan bahwa merokok itu enak/ macho/ pria/ keren. Namun dengan berkembangnya budaya visual dengan menganut pendekatan fenomena pop-culture iklan rokok yang sekarang lebih menekankan gaya hidup yang bebas/ feeling pria sejati/ kreatif tanpa harus memunculkan sebatang rokok pun dalam iklan.
Munculnya budaya visual kini disebabkan oleh adanya peraturan yang mengikat dari instansi pemerintah yang melarang munculnya rokok dalam iklan, dan pada akhirnya iklan rokok yang menganut budaya ini terbukti efektif dan tetap menjaring konsumen. Suksesnya perusahaan rokok yang menerapkan iklan dengan budaya visual membuat perusahaan lain tertarik untuk menerapkan cara yang sama kepada produknya dan juga memiliki hasil yang efektif dalam menjaring konsumen maupun menjaga konsumen tetap.
Pada generasi yang baru mengenal budaya visual tersebut mungkin akan merasa bingung dengan tidak adanya visualisasi produk sebenarnya yang digantikan oleh hal-hal esensial yang masih ada hubungan dengan produk asli. Namun hal ini sudah disiasati oleh pembuat iklan dengan membubuhkan branding dari sebuah produk pada awal atau di akhir iklan atau bahkan secara terselubung dalam keseluruhan iklan secara teratur yang dapat mengingatkan pemirsa iklan ketika menemukan brand yang sama saat mereka bepergian atau melihat acara lain yang disponsori oleh produk yang sama.
gambar 1


gambar 2

                     Pada gambar 1 merupakan iklan rokok yang diterbitkan beberapa puluh tahun yang lalu. Pada iklan rokok ini visualisasi iklan secara gamblang mengekspos produk utama yang dipasarkan yaitu rokok yang sedang akan dinyalakan oleh sang wanita menggunakan lilin. Kostum yang dikenakan para model di iklan rokok di atas merupakan pakaian yang cukup glamour dan terkesan mewah pada masa itu tentu saja. Penempatan bungkus rokok disertai keterangan yang memuat deskripsi tentang rokok merupakan salah satu kekurang efektifan dalam penggunaan area kerja. Namun iklan ini pada masa itu sudah bisa menarik beberapa konsumen sebelum ada aturan yang melarang untuk mengekspos rokok secara terang-terangan.
Dibandingkan dengan gambar selanjutnya gambar 2 terjadi perbedaan mencolok pada visualisasi iklan rokok. Pada gambar 2 Visualisasi iklan lebih menonjolkan ide/gagasan yang diambil dari karakter yang ingin ditunjukkan bagi perokok produk ini yaitu karakter kerja keras dengan eksekusi empat pria yang sedang hand-standing di atas rerumputan namun dengan pengambilan gambar yang upside-down. Penempatan logo perusahaan/produk diletakkan dengan skala yang besar namun tidak mengganggu ide utama dari iklan dengan menempatkan logo pada ujung kanan area kerja, begitu juga dengan teks pendukung yang dengan penggunaan font yang tegas dan mudah terbaca oleh siapa saja yang melintas dengan sekilas dan diletakkan pada ujung kiri bawah area kerja. Makna iklan pun secara umum dapat ditangkap bahwa perokok (A Mild) merupakan seseorang yang pekerja keras seolah-olah dia seperti mengangkat bumi. Esensi ide/gagasan yang diusung iklan sangat mudah diterima dan terkadang terasa biasa saja, namun secara tidak langsung iklan ini telah mampu memberi doktrin bagi perokok untuk membeli produk (A Mild) jika mereka ingin disebut pekerja keras.